GILL NET (Jaring Insang)
1. PENDAHULUAN
1.1. Definisi
Jaring lnsang (Gill Net) merupakan alat penangkapan ikan yang berupa selembar jaring berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring (mesh size) yang sama atau seragam di seluruh bagian jaring. Pada bagian atas jaring, pelampung-pelampung yang dilalui tali pelampung diikatkan pada tali ris atas; sedangkan pada bagian bawahnya, pemberat-pemberat yang dilalui tali pemberat dilekatkan pada tali ris bawah.
Fungsi dari pelampung dan pemberat ini agar jaring dapat terbentang sempurna di dalam air. Namun demikian, fungsi dari pemberat ini bisa diganti dengan menggunakan lembaran jaring yang terbuat dari bahan Saran.
1.2. Klasifikasi Jaring Insang (Gill Net)
a. Klasifikasi Berdasarkan Statistik produksi perikanan Indonesia
Berdasarkan Statistik produksi perikana Indonesia alat penangkapan ikan diklasifikasikan menjadi 10 kelas (Ditjenkan dalam Statistik Perikanan lndonesia Tahun 2000), diantaranya adalah kelompok atau jenis Jaring lnsang (Gill Net). "Jaring lnsang" ini sering disebut dengan istilah "Jaring" saja. Berdasarkan klasifikasi tersebut Jaring lnsang termasuk kelompok No.4, yang macamnya terdiri dari: Jaring - lnsang Hanyut (Drift Gill Net), Jaring Lingkar (Encircling Gill Net), Jaring - lnsang Tetap (Set Gill net), Jaring Klitik (Shrimp Gill Net) dan Jaring Kantong atau Jaring Gondrong (Trammel Net ).
b. Klasifikasi Berdasarkan FAO Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization / FAO) Tahun 1980 dalam Nedelec, C. (1982) menggolongkan alat penangkapan ikan di seluruh dunia menjadi 14 kelas, diantaranya adalah Kelas Jaring lnsang (Gill Net) dan Jaring Puntal (Entangled gill Net) yang posisinya pada urutan (kelas) No. 7,
Macamnya terdiri dari : jaring lnsang Menetap (Set Gill Net), Jaring lnsang Hanyut (Drift Gill Net), Jaring - lnsang lingkar (Encircling Gill Net), Jaring – lnsang Berpancang, Jaring gondrong (Trammel Nel), Jaring Kombinasi Gill Net dan Trammel Net, dan Jaring lnsang dan Jaring Puntal lainnya. Berdasarkan pengkodean dari lnternational Standard Statistical Classification on Fishing Gear (ISSCFG), maka Kelas Jaring lnsang dan Jaring puntal memiliki kode sebagaimana yang terlihat pada Tabel di bawah ini.
Tabel 1. Penggolongan gill net
No
|
Penggolongan /Singkatan/ Kode ISSCFG
|
Macam
|
Nama (Inggris)
|
1
|
Jaring insang dan jaring puntal GNS : 07.0.0
|
Jaring isang menetap (GNS :07.1.0)
|
Gill Net
|
Jaring insang hanyut (GNS :07.2.0)
|
Drift Gill net
| ||
Jaring insang lingkar (GNS :07.3.0)
|
Encircling gill net
| ||
Jaring insang berpancang (GNS :07.4.0)
|
Stick gill net
| ||
Jaring gondrong (GNS :07.5.0)
|
Trammel net
| ||
Jaring kombinasi gill net-trammel net (GNS :07.5.0)
|
Combine of gill net and trammel net
| ||
Jaring insang dan jaring puntal lainnya (GNS :07.9.0)
|
Gill net and other entangel net
|
Jenis jenis Gill net menurut FAO (Tahun 2001).
Gambar 1. : Type –type Gill net menurut FAO a. Set Gill net, b. Gill net lingkar, c. Gill net kombinasi dengan trammel net, d. Gill net hanyut, e.Trammel net, f.Gill net menetap.
c. Klasifikasi menurut Para Ahli
1.) Berdasarkan Letak Alat Dalam Perairan
Jaring insang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam yaitu :
Jaring insang dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam yaitu :
a. Jaring insang permukaan (surface gill net)
b. Jaring Insang pertengahan (midwater gill net)
c. Jaring insang dasar (bottom gill net)
2) Berdasarkan Kedudukan Alat Waktu Dipasang
a. Gill net hanyut
Gill net hanyut maksudnya adalah gill net yag setelah dipasang di suatu perairan, dibiarkan saja hanyut terbawa oleh arus. Dalam hali ini iasanya gill net diikatkan juga pada kapal yang tidak dijangkar, agar hanyutnya jaring tidak terlalu cepat dikarenakan arus.
b. Gill net Tetap
Yang dimaksud gill net tetap adalah gill net setelah dipasang dari suatu perairan dbiarkan menetap pada gill net tersebut dipasang. Dalam hal ini kadang-kadang jaring diberi jangkar atau diikatkan pada suatu tempat yang tetap. Gill net tetap pada umumnya adalah jenis gill net dasar. Oleh karena itu, pengoperasian gill net ini memerlukan syarat yaitu dasar perairannya yang tidak be
3) Berdasarkan bentuk Alat Waktu Dioperasikan
a. Gill net melingkar
Gill net melingkar adalah jaring insang yang cara pengoperasiaannya dengan cara dilingkarkan pada sasaran tertentu yaitu kawanan ikan. Kawanan ikan tersebut dikumpulkan dengan menggunakan alat bantu sinar lampu. Setelah kawanan ikan terkurung kemudian dikejutkan dengan suara (memukul-mukul bagian perahu) sehingga ikan akan tercerai berai dan tersangkut di jaring.sekitar karang
4). Berdasarkan Jumlah Lembaran Jaring
a. Gill net rangkap
1) Gill net rangkap tiga (trammel net)
Gill net rangkap tiga (trammel net) juga biasa disebut jaring gondrong, jaring tilek, jaring kantong, jaring ciker, dan jatilap (jaring tiga lapis). Seperti namanya jaring ini terdiri dari 3 lapis, yaitu 2 lapis yang diluar memiliki mata jaring lebih besar sedang yang di dalam memiliki mata jaring yang lebih kecil dan dipasang agak longgar. Dalam pengoperasiaannya jaring ini dapat diset di dasar maupundihanyutkan. Ikan-ikan yang tertangkap karena terpuntal (entangied).
2) Gill net rangkap dua (Jalapdu/ Double Nets)
Gill net rangkap dua merupakan jaring yang memiliki dua lapis dengan mata jaring besar pada lapis pertama dan mata jaring kecil pada lapis kedua. Seperti halnya gill net rangkap tiga, ikan-ikan tertangkap dengan cara terpuntal.
3) Gill net tunggal
Yang termasuk klasifikasi gill net tunggal adalah gill net permukaan, gill net pertengahan, dan gill net dasa
Yang termasuk klasifikasi gill net tunggal adalah gill net permukaan, gill net pertengahan, dan gill net dasa
2. KONSTRUKSI GILL NET
2.1 Tali Pelampung
1) Dalam 1 pis jaring, panjang tali pelampung diukur dari ujung ke ujung (kiri ke kanan dalam satuam meter).
2) Diameter tali pelampung diukur pada penampang terluar garis tengah tali (mm).
3) Bahan tali pelampung yang umum digunakan untuk jaring lnsang adalah polyethylene (PE), dengan garis tengah (diameter) 5 - 8 mm.
Gambar 2. : Panjang tali pelampung dan diameter tali pelampung
2.2. Pelampung
Cara mengidentifikasi sebuah pelampung yaitu dengan mencatat kode pelampung, baha pelampung, ukuran diameter luar dan diameter dalam lubang, panjang pelampung dan daya apung jika telah diketahui) serta kebutuhan pelampung dalam 1 (satu) pis jaring. Pelampung pada umumnya berkode y-8 atau y-3 (plastik) atau terbuat dari karet.
Gambar 3. ldentifikasi Pelampung
Gambar 4 : Bentuk bentuk pelampung buatan pabrik untuk alat tangkap gill net.
Cara mengukur dimensi pelampung
Gambar 5 : Cara mengidentifikasi Pelampung
Dengan mengetahui jumlah pelampung (bh) dalam 1 pis jaring dan jarak antar pelampung (m), maka secara cepat dapat dihitung panjang jaring dalam 1 pis dan dalam seluruh rangkaian jaring yang dioperasikan, dengan menggunakan persamaan sebagai berikut :
Panjang Jaring (1 pis) = (n - 1) x i
n = Jumlah pelampung (bh)
i = Interval /Jarak antar pelampung (m)
Panjang rangkaian jaring = (n - 1) i x N
N = Jumlah jaring yang dirangkai/disambung dalam operasi penangkapan lkan (pis)
Distribusi Pelampung
Jumlah pelampung yang telah ditetapkan, harus terdistribusi secara merata pada sepanjang tali pelaqmpung (tali ris bagian atas jaring) atau biasa disebut ploat line (PL). Dasar penetapan untuk distribusi pelampung dapat diikuti dengan formulasi sebagai berikur :
I = JP/(PL-1)
Dimana :
I = Interval/jarak pelampung
JP = Jumlah pelampung
2.3. Tali Penguat Tali Ris Atas
1) Menentukan panjang tali penguat tali ris atas (Bolch line) diukur dari ujung sampai pangkal tali (dari ujung kiri ke ujung kanan) dalam satuan meter (lihat gambar 5).
2) Diameter Tali Penguat Tali Ris Atas
Mengukur diameter tali penguat tali ris atas diukur pada penampang terluar garis tengah tali dalam satuan mili meter (mm) atau nomor benang/tali dari pabrik pembuatnya bila bahan terbuat dari Nylon monofilament
Gambar 6. Tali penguat tali ris atas
2.4. Tali Ris Atas
1) Panjang Tali Ris Atas
Mengukur panjang tali ris atas yaitu diukur dari ujung sampai pangkal tali ris atas dalam satuan meter (m).
2) Diameter Tali Ris
Mengukur Diameter Tali Ris atas diukur pada penampang garis tengah tali (mm) atau nomor bagi bahan tali terbuat dari Nylon Monofilament.
Gambar 7. Tali Ris Atas Dan Diameternya
3) Arah Pilinan Tali
Menentukan arah pilinan tali yaitu dengan meletakkan ibu jari tangan kanan atau kiri, ke arah pintalan tali. Bila arah pintalan sama dengan arah ibu .jari tangan kanan, maka pintalan tali disebut pintalan kanan (S), tetapi bila arah pintalan sama dengan arah ibu jari tangan kiri, maka disebut pintalan atau pilinan kiri (Z).
Gambar 8 : Arah pintalan tali
2.5. Jaring
1) Menentukan Hanging Ratio
Hanging Ratio berpengaruh terhadap bukaan mata jaring pada jaring lnsang (gill net). Cara menentukan Hanging Ratio dilakukan sebagai berikut :
- ukur jaring jadi sepanjang 1 meter lalu diukur panjang jaring dalam 1 meter ini dalam keadaan teregang sempurna (stretched ).
E = L / Lo
Atau
L
E = ------------ x 100 %
Lo
Dimana :
E = Hanging Ratio
L = Panjang tali pada lembaran jaring terpasang (jaring jadi) (m)
Lo = Panjang jaring teregang (m)
Gambar 9 . Panjang jaring jadi (l = 1m) dan panjang jaring teregang sempurna atau panjang jaring sebelum jadi (lo > L (m)
2). Ukuran Jaring
Ukuran jaring (Webbing) yaitu ukuran panjang jaring dalam meter (m) atau dalam jumlah mata jaring secara horizontal atau memanjang (mesh length) dan lebar jaring dalam m atau dalam jumlah mata jaring kearah Vertikal (mesh depth). Misalnya seperti pada gambar di bawah ini.
Mata jaring Gill Net yang diijinkan di lndonesia minimal 1 inci ( 1" )
Gambar 10. 1 Pis Gill Net
3). Bahan Jaring
Tentukan bahan jaring apakah terbuat dari Polyethylene (PE), Nylon Multifilament (PA) atau Nylon Monofilament (PA Mono).
4). Ketebalan Benang
Mengukur ketebalan atau diameter (Ø) benang biasanya diukur dengan alat ukur yang disebut Jangka Sorong, tetapi ada cara lain yang lebih mudah yaitu dengan membuat lingkaran benang yang akan diukur sebanyak 20 kali lilitan atau belitan pada pensil lalu diukur panjang belitan tersebut dengan menggunakan penggaris. Bila belitan yang 20 kali itu 60 mm, maka diameter benang = 60/20 belitan = 3 mm.
Jumlah lilitan benang = 20 lilit
Jarak kedua ujung lilitan = 6 cm
Diameter benang = 60 mm/20 = 3 mm
|
5) Mata Jaring
Menentukan ukuran mala jaring yaitu mengukur mata jaring dari tengah simpul kiri ke tengah simpul kanan (mata jaring berimpit atau stretch), ukurannya dalam millimeter (mm) atau inci (").
Menentukan Ukuran Girth
Menentukan ukuran mata jaring berdasarkan pada ukuran lingkaran insang atau keliling tubuh ikan ialah dengan melingkarkan benang tepat di belakang tutup insang, lalu diukur panjang benang tersebut. Ukuran mata jaring dapat ditentukan ± 75 % x Girth (inci atau mm).
Lingkaran girth
Tutup isang
|
6). Warna Jaring
Warna jaring dalam air akan dipengaruhi oleh faktor-faktor kedalaman dari perairan, transparancy, sinar matahari, sinar bulan, dan faktor lainnya. Sesuatu warna akan mempunyai perbedaan derajat terlihat oleh ikan-ikan yang berbeda-beda. Demikian pula hendaklah warna jaring sama dengan warna air diperairan tersebut, juga warna jaring jangan membuat yang sangat kontras, baik terhadap warna air juga terhadap warna dari dasar perairan tersebut.
Cara tertangkapnya ikan pada kedua jenis jaring ini, selain terjerat pada bagian belakang operculum atau terjerat di antara operculum dan bagian tinggi maksimum pada mata jaring bagian dalam, juga tertangkap secara terpuntal. Selain itu, ikan yang tertangkap dapat terjerat juga terpuntal pada jaring (Hadian, 2005).
Menurut Baranov (1999) vide Tibrizi (2003) menyatakan bahwa mekanisme tertangkapnya ikan dibedakan dalam tiga cara, yaitu:
· Gilled : Ikan terjerat mata jaring pada bagian operculum.
· Wedged : Ikan terjerat mata jaring pada bagian keliling tubuhnya.
· Tangled : Ikan terpuntal di jaring pada bagian gigi, maxillaria, sirip, apendik atau bagian tubuh ikan lainnya
6). Menentukan Tali-Ris Bawah
Menentukan panjang tali ris diukur dari ujung ke ujung (kiri/kanan) Bahan tali ris bawah yang umum digunakan adalah PE diameter 2 - 5 mm.
2.6. Pemberat
Menentukan salah satu pemberat yaitu mencatat kode pemberat, bahan pemberat, dan daya tenggelam jika telah tercantum) dalam g, diameter luar dan diameter dalam lubang, panjang pemberat serta kebutuhan pemberat dalam 1 (satu) pis atau 1 tinting jaring. Umumnya digunakan pemberat buatan pabrik dari bahan timah hitam atau Plumbum (Pb).
3. KOMPONEN KELENGKAPAN JARING INSANG
3.1. Tali Pelampung Tanda (Tali Umbul)
Menentukan panjang tali pelampung tanda : diukur dari ujung (Pengikal Pelampung) sampai pangkal tali (pengikat tali ris atas).
Menentukan pelampung (umbul) yaitu mencatat kode pelampung, bahan pelampung, ukuran pelampung dan jumlah pelampung. Contoh pelampung tanda (lihat gambar) di bawah ini :
Gambar Pelampung Tanda (Umbul)
3.3. Jangkar
a. Tali Jangkar
Menentukan panjang tali jangkar : diukur dari ujung (yang mengikat jangkar) sampai ke pangkal (yang mengikat tali ris bawah). Panjangnya 5 - 10 meter.
Mengukur diameter tali jangkar : diukur pada penampang garis tengah tali jangkar (mm).
b. Jangkar
Menentukan ukuran Jangkar yaitu mencatat bahan jangkar, ukuran diameter bahan jangkar (mm) dan berat jangkar (kg) serta bentuk kaki /lengan jangkar.
3.4. Tali Pelampung Tambahan
Menentukan panjang tali pelampung tambahan : diukur dari ujung (yang mengikat pelampung ) sampai pangkal (yang mengikat tali ris atas) dalam satuan meter.
2.5. Pelampung Tambahan
Menentukan ukuran pelampung tambahan yaitu mencatat kode pelampung, bahan pelampung, ukuran pelampung (panjang x lebar), daya apung pelampung serta kebutuhan pelampung dalam 1 (satu) piece (pis) jaring
4. PENGOPERASIAN JARING INSANG
4.1. Sejarah Alat Tangkap Gill Net
Dalam bahasa Jepang gill net disebut dengan istilah “sasi ami”, yang berdasarkan pemikiran bahwa tertangkapnya ikan-ikan pada gill net ialah dengan proses bahwa ikan-ikan tersebut “menusukkan diri-sasu” pada “jaring-ami”. Di Indonesia penamaan gill net ini beraneka ragam, ada yang menyebutkan nya berdasarkan jenis ikan yang tertangkap (jaring kuro, jaring udang dsb nya), ada pula yang disertai dengan nama tempat (jaring udang Bayeman), dan lain sebagainya. Tertangkapnya ikan ikan-ikan dengan gill net ialah dengan cara bahwa ikan-ikan tersebut terjerat (gilled) pada mata jaring atupun terbelit-belit (entangled) pada tubuh jaring.
4.2. Persiapan alat tangkap di atas kapal
Salah satu persiapan alat penangkapan ikan yang tidak dapat di abaikan yaitu penataan alat tangkap di kapal. Penataan jaring gill net di kapal tidak ada standar yang baku harus ditempatkan di sebalah / bagian kapal yang sisi mana, tetapi ini tergantung pada bentuk penataan ruang yang tersedia di kapal dan mengikuti kebiasaan nelayan melakukan penataan atau menempatkan alat tangkap. Alternatif penempatan gill net untuk siap setting di kapal adalah di lambung kanan, lambung kiri atau di bagian belakang bangunan kapal.
Namun demikian jika kita telah memastikan penempatan jaring di lambung kapal, maka jaring gill net harus tersusun dengan posisi bagian tali ris bawah dan pemberat ditempatkan pada bagian depan, diikuti bagian badan jaring dan paling belakang bagian tali ris atas dan pelampung. Untuk susunan pemberat tambahan disusun berurutan berdasarkan urutan waktu pemberat diturunkan dengan posisi pemberat yang turun pertama / pemberat ujung gill net pis pertama ditempatkan pada bagian paling depan diikuti pemberat tambahan kedua dan seterusnya di belakangnya.
Demikian pula untuk penempatan pelampung tambahan, pelampung tambahan yang diturunkan pertama harus ditempatkan paling depan kemudian disusul penempatan pelampung tambahan yang kedua dan seterusnya.
4.3. Setting /Penurunan Alat Tangkap
Pada saat melakukan setting, kapal diarahkan ke tengah kemudian dilakukan pemasangan jaring bottom gill net oleh Anak Buah Kapal (ABK). Langkah langkah persiapan seting bottom gill net adalah sebagai berikut :
- Pastikan pelampung tanda / umbul sudah tertata dengan benar (tersambung dengan bagian ujung jaring pis pertama dan lampu telah dinyalakan).
- Pastikan jangkar dan talinya telah terpasang dengan baik (tersambung dengan ujung tali ris bawah , tali ris atas dan dengan pelampung tanda yang terakhir.
- Setelah haluan setting dipastikan, turunkan lampu umbul/tanda, kemudian diikuti dengan penurunan bagian pemberat, badan jaring dan bagian pelampung secara berurutan.
- Pastikan bahwa penurunan bagian bagian jaring tidak bertumpuk, hal ini untuk bagian tali ris bawah dan pelampung diturunkan sesaat lebih dahulu baru diikuti penurunan bagian badan jaring dan tali ris atas.
- Setelah selesai setting kapal segera melakukan drifting atau berlabuh jangkar tidak terlalu jauh dari posisi jaring yang telah terpasang.
- Pengamatan secara terus menerus terhadap lampu tanda maupun terhadap pelampung yang terakhir diturunkan.
- Biarkan jaring berada dalam perairan sampai minimal 4 jam, baru dilakukan penarikan.
Pemasangan/penurunan bottom gill net diupayakan dipasang dengan arah tegak lurus terhadap arus sehingga nantinya bentangan jaring di dalam perairan akan dapat menghadang area renang ikan secara horisontal dengan area maksimum. Mengingat bahwa ikan ikan pada umumnya mempunyai tingkah laku cenderung untuk berenang dengan melawan arus, untuk ikan ikan yang sedang aktif, sedangkan pada ikan ikan yang sedang inaktif biasanya akan menghnyutkan diri mengikuti arah araus. Selanjutnya ikan ikan yang berenang tertangkap karena terjerat pada bagian operculum (penutup insang) atau dengan cara terpuntal.
4.4. Haulling
Setelah jaring berada di dalam perairan 4 – 6 jam kegiatan haulling sudah bisa dilakukan. Penarikan gilnet dimulai dari ujung gill net yang terakhir di turunkan. Pada proses penarikan ini ada beberapa kegiatan yang dilakukan secara simultan , sehingga harus ada koordinasi yang baik antara masing masing petugas yang bertanggungjawab pada masing masing bagian.
Kegiatan yang dilakukan secara simultan tersebut yaitu meliputi penentuan arah haluan kapal, laju kecepatan kapal, kecepatan penarikan gill net . Seluruh kegiatan tersebut pada prakteknya akan dipengaruhi oleh kondisi cuaca dan dinamika perairan yang meliputi arah dan kecepatan arus, arah dan kecepatan angin serta besar kecilnya gelobang laut.
Untuk memperingan tarikan gill net ke atas kapal, haluan kapal harus diarahkan sedemikian rupa agar antara arah gill net dalam perairan dengan haluan kapal membentuk sudut yang kecil (15 -25 derajat). Sedangkan laju kapal diatur kecepatannya, sehingga posisi kapal dengan gilnet yang masih dalam perairan tidak sampai membentuk ketegangan jaring atau mendahului jaring yang akan di tarik, sehingga posisi jaring akan berada di buritan kapal. Jika hal ini terjadi maka akan sangat beresiko kemungkinan jaring akan masuk kedalam baling baling kapal.
Sambil melakukan penarikan gill net sekaligus dilakukan pelepasan ikan ikan yang tertangkap dan membersihkan kemungkinan adanya kotoran kotoran atau benda lainnya yang tersangkut dalam jaring. Penarikan terus dilakukan secara berurutan sampai pada pis gill net yang terakhir, yakni ditandai dengan naiknya lampu tanda atau umbul yang diturunkan pertama saat setting
DAFTAR PUSTAKA
Agus Purnomo, 2000, Daerah Penangkapan Ikan, Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, Semarang.
Agus Sediadi ,2004, Effek upwelling terhadap kelimpahan dan distribusi fitoplankton di perairan laut banda dan sekitarnya, Universitas Indonesia, Jakarta, Indonesia
Anonim, 1978. Catalogue of Fishing Gear Design. FAO-UN. Fishing News (Books) Ltd. London.
Anonim, 2007. Katalog Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar Pengembangan Penangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.
Anonim, 2007. Klasifikasi Alat Penangkapan Ikan Indonesia. Balai Besar PengembanganPenangkapan Ikan, Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, Departemen Kelautan dan Perikanan. Semarang.
Ayodhyoa, A.U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. Ben-Yami, M. 1994. Purse Seining Manual. Fishing News (Books) Ltd. London. FAO. 1975. Catalogue of small scale fishing gear. Fishing News (Books) Ltd. London.
Fadli Syamsudin, 2002, Mencari Lokasi Upwelling P3-TISDA, BPPT
Fadli Syamsudin, 2006, Satelit Oseanografi Untuk Nelayan,P3 –TISDA BPPT Fisheries Society, Bethesda, Maryland. 468 p.
Fridman, A. L. 1986. Calculation for Fishing Gear Designs. Fishing News (Books) Ltd. London. 241 p.
Gunarso, W. 1985. Tingkah Laku Ikan dalam Hubungannya dengan Metode dan Teknik Penangkapan. Jurusan PSP, Fakultas Perikanan IPB, Bogor.
Hafrijal syandri , 2000.Tingkah Laku Ikan, Universitas Bung Hatta, Padang
Kristjonson, H. 1959. Modern Fishing Gear of the World. Vol 1. Fishing News (Books) Ltd. London.
Kristjonson, H. 1964. Modern Fishing Gear of the World. Vol 2. Fishing News (Books) Ltd. London.
Kristjonson, H. 1972. Modern Fishing Gear of the World. Vol 3. Fishing News (Books) Ltd. London.
Comments
Post a Comment