Bubu Lipat





INOVASI PEMBUATAN BUBU LIPAT





Oleh :
MADYUNIN,MP
Masyunin@rocketmail.com







BADAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN (BPSDMPM-KP)
BALAI PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PERIKANAN
BANYUWANGI
2016


TEKNOLOGI INOVASI BUBU LIPAT
          1.  PENDAHULUAN
     1.1  Latar Belakang
Kebijakan pembangunan bidang kelautan dan perikanan saat ini dititikberatkan  pada program perikanan yang berkelanjutan. Program inii telah diimplementasikan oleh Kememterian Kelautan dan Perikanan dengan diberlakukannya kebijakan Moratorium Ijin Usaha Penangkapan Ikan untuk kapal kapal berukuran  lenih besar dari  30 Gross Tonage dan pemberlakuan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 2 Tahun 2015 tentang Pelarangan Pengoperasian Alat Tangkap Pukat Tarik dan Pukat Hela.
Pemberlakuan dua  kebijakan tersebut di atas, dalam jangka panjang merupakan upaya pelestarian sumberdaya perairan yang sekaligus merupakan upaya recovery sumberdaya perairan yang telah mencapai ambang batas kepunahan.
Namun demikian dalam jangka pendek  cukup besar jumlah nelayan yang terkena dampak dari kedua kebijakan tersebut, terutama nelayan yang menggunakan alat penangkapan ikan yang dilarang sesuai  Permen KP No 2 tahun 2015, sehingga  perlu dicarikan solusi  bagi nelayan  yang terkena dampak tersebut, sehingga mereka bisa tetap melaut untuk menangkap ikan dengan alat tangkap yang selektif  dan ramah lingkungan.
Balai Diklat Perikanan Banyuwangi sebagai salah satu unit pelaksana teknis dari BPSDMPM-KP memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam ikut mensukseskan kebijakan Kementerian KP. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan terus mengembangkan dan melakukan kajian terhadap alat  alat penangkapan yang ramah lingkungan.
Alat penangkapan ikan yang ramah lingkunan seperti bubu masih sangat mungkin untuk dikembangkan hampir diseluruh wilayah kerja BPPP Banyuwangi yang meliputi 6 provinsi.
Keunggulan-keunggulan yang terdapat dari alat tangkap “Bubu Lipat“ diantaranya adalah :
-     Bahan bahan untuk pembuatan  bubu lipat murah dan mudah didapat, karena  pada setiap sentra nelayan banyak tersedia.
-     Teknologi pembuatan dan pengoperasian bubu lipat sederhana, sehingga  mudah  diterpkan oleh para nelayan.
-     Bubu lipat merupakan alat penangkap ikan yang selektifitasnya  tinggi.
-     Bubu lipat merupakan alat penangkap ikan yang ramah lingkunan.
-     Bubu lipat merupakan alat penangkap ikan yang efektif, hanya menangkap ikan yang menjadi target penangkapan (by cath rendah) dan efisien, dibandingkan dengan bubu model konvensional 87,5 % lebih efisien, karena bisa dilipat.

Dari keunggulan seperti tersebut di atas penggunaan alat tangkap berupa bubu lipat dapat ikut serta membantu dalam mewujudkan perikanan tangkap yang berkelanjutan.


       1.2. Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, dapat diidentifikasi beberapa masalah             sebagai berikut :
-  Nelayan yang terkena dampak  kedua kebijakan  Kementerian Kelautan dan Perikanan perlu segera mendapatkan solusi  agar mereka tetap bisa melaut untuk menangkap ikan dengan alat tangkap yang ramah lingkungan.
- Pada beberapa daerah ada nelayan yang telah menerapkan / menggunakan bubu, tetapi dirasakan kurang praktis dan kurang efisien, karena bubu yang ada bukan bubu lipat, sehingga tidak dapat mengangkut bubu dalam jumlah besar.
- Pelatih bidang panagkapan ikan perlu melakukan kaji terap terhadap bubu lipat yang akan dikembangkan di wilayah kerja BPPP Banyuwangi.

      1.3. Tujuan
              Tujuan dari Kaji Terap Inovasi Pembuatan bubu lipat adalah sebagai berikut :
-       Meningkatkan pengetahuan , keterampilan, sikan dan kreatifitas serta  daya inovatif dari tenakaga pelatih di lingkup BPPP Banyuwangi  khususnya bidang penangkapan ikan.
-       Membantu memberikan solusi bagi nelayan yang kena dampak kebijakan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No 2 Tahun 2015 tentang Pelarangan Pengoperasian Alat Tangkap Pukat Tarik dan Pukat Hela.
-       .Mendapatkan model konstruksi bubu lipat yang tepat dan mudah untuk diterapkan bagi nelayan.
-       Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan alat tangkap bubu yang selama ini digunakan nelayan.



2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perikanan Bubu
Produksi perikanan Indonesia sebagian besar (90%) dihasilkan oleh perikanan rakyat. Banyak jenis alat tangkap yang digunakan dalam usaha penangkapan tersebut, seperti jaring gondron (trammel net), pukat pantai,pacing, bubu dan lain lain. Bubu sudah dikenal oleh nelayan, terutama untuk menangkap sumberdaya perikanan karang. Disamping itu bubu juga digunakan untukmenangkap  ikan ikan dasar, udang, kepiting dan rajungan.
Bubu merupakan  alat penangkapan ikan yang bersipat menjebak, bubu memiliki  satu atau lebih  pintu masuk  bagi ikan sasaran, dan dapat diangkat  dan dipindah pindahkan ke beberapa daerah penangkapan ikan  dengan mudah dengan atau tanpa perahu (Dirjen Perikanan 1975) Van Brandt (1984) menyatakan bahwa  bubu merupakan perangkap  yang memudahkan ikan untuk memasukinya, tetapi sulit untuk bisa keluar. Bubu umumnya disebut fishing pots atau fishing basket.
Metode penangkapan ikan dengan bubu memiliki beberapa karakteristik yang memberikan keuntungan yaitu penempatan alat  mudah, pengoperasiannya mudah, mutu hasil tangkapan baik dan dapat dioperasikan di tempat tempat yang alat penangkap ikan lain  tidak dapat dioperasikan (Martasuganda, 1990).
Bubu merupakan alat penangkap ikan yang efektif untuk menangkap  organisme yang bergerak lambat di dasar perairan baik laut maupun danau. Pada umumnya bubu berukuran kecil dan ringan, dengan demikian bubu dapat ditumpuk dalam jumlah banyak di atas kapal, dan dapat diangkat dengan cepat ke atas kapal pada saat cuaca kurang bersahabat.
Berdasarkan cara pengoperasiannya bubu dapat di klasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu bubu  dasar, bubu apung dan bubu hanyut. Di Indonesia  bubu yang umum dipakai  adalah jenis bubu dasar .  Pengoperasian  bubu dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan meletakan bubu di celah celah  karang atau tempat hunian ikan. Menurut Barus (1987), bubu dasar dapat dioperasikan dengan dua cara, pertama bubu dipasang  secara terpisah, satu bubu dengan atu pelampung. Cara kedua  dipasang secara berangkai dengan menggunakan  tali utama sehingga cara ini dinamakan  “ long line trap”. Pada cara yang kedua ini  dapat dioperasikan bubu dalam jumlah besar sampai ratusan buah.

       2.2. Badan Bubu
Badan bubu pada umumnya berbentuk balok empat persegi panjang dengan  panjang 80, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm. Rangka bubu terbuat dari besi dengan diameter 0,5 cm. Rangka bubu diselimuti oleh webbing jaring bahan poilyetilene (PE) warna hijau dengan  mesh size  0,75 inchi. Bahan untuk mengikat  webbing dengan rangka  bisa menggunakan bahan dari PE atau dari Nylon dengan  benang nomor 18.
Badan bubu pada saat tidak dioperasikan dapat dilipat, yaitu selama disimpan atau dalam transportasi pengangkutan. Keadaan badan bubu bisa  dilipat karena disusun / dibentuk dari rangka yang  dihubungkan dengan engsel-engsel , sehingga rangka bubu dapat dilipat secara pertikal atau horizontal dengan mudah. Pada bagian atas dari pertengahan badan  bubu  dipotong secara lateral. Pada saat tidak dioperasikan, kedua bagian tersebut akan terbaring, tetapi pada saat dioperasikan kedua bagian tersebut dapat dipertemukan, sehingga berdiri tegak dengan menggunakan pengunci dari kawat atau tali.
Untuk memastikan agar bubu lipat  pada waktu dioperasikan bisa  pada posisi yang dikehendaki, walaupun pada saat penurunan  kedalam air dalam kondisi arus cukup kuat, hal ini bisa dibantu dengan cara  memberikan tambahan pemberat pada ke empat sudut  pada bagian  bawah dan menambahkan pelampung kecil pada keempat  sudut bagian  atas. Dengan demikian walaupun  bubulipat di turunkan dengan di jungkirbalikan dan arus cukup kuat, maka posisi bubu sampai didasar perairan akan tetap sesuai dengan yang dikehendaki.
 Pada saat bubu dilipat, terjadi penurunan dimensi dari tinggi bubu 40 cm menjadi  hanya 5 cm, sehinggaterjadi penurunan volume 7/8 atau 87,5 % dari keadaan semula.
Bubu Lipat
 Gambar 1: Bubu Lipat


      Mulut bubu dirancang untuk  memudahkan kepiting atau rajungan mudah memasuki bubu, tetapi    sulit untuk keluar dari bubu setelah berada didalamnya. Bentuk  dan ukuran mulut bubu merupakan factor yang  paling menentukan keberhasilan penangkapan kepiting atau rajungan dengan bubu. Bentuk mulut bubu dibuat sedemikian rupa sehingga menyerupai prisma , dimana pada bagian luar lebih lebar dan  semakin menyempit semakin mengarah  ke dalam. Jumlah mulut bubu bisa dibuat lebih dari satu dengan posisi pada  tempat yang bersebarangan pada sisi-sisinya.

2.3. Tempat Umpan
Untuk menjaga agar umpan tetap berada pada tempat yang telah ditentukan, sebaiknya umpan ditempatkan /dipasang dengan cara diikat atau dikait, sehingga umpan tidak mudah hanyut karena arus, selain itu juga mudah untuk mengganti umpan dan tidak menahan aroma umpan.
Jenis umpan yang digunakan bisa  ikan rucah,  ikan pari, ikan cucut atau dari belut yang telah dipotong-potong. Pada prinsipnya , pemilihan umpat adalah memilih jenis ikan yang mempunyai aroma  amis yang menyengat kuat, sehingga mampu memberikan rangsangan pada  target yang menjadi sasaran  tangkap.

 2.4. Tali temali.
Tali temali diperlukan untuk menghubungkan antara bubu satu dengan bubu berikutnya dan bubu dengan pelampung tanda (jika digunakan) serta bubu dengan jangkar. Panjang tali jangkar disesuaikan anatara 10 – 20 meter, dan panjang tali cabang ke tali utama berkisar  1-1,5 meter dan untuk memudahkan dalam penyambungan , pada ujung tali cabang bisa dipasang snep atau peniti. Jarak antara tali cabang satu dengan yang lain berkisar antara  penghubung antar bubu dengan bubu  5 sd 10 meter. Untuk tali pelampung tanda menjangnya adalah 1,5 kali dalam perairan tempat bubu  yang terakhir diturunkan. Bahan yang digunakan untuk tali temali bisa menggunakan jenis PE dengan diameter  8 mm

2.5. Pelampung Tanda.
Pelampung tanda berfungsi untuk memudahkan dalam pencarian pada saat bubu akan di tarik. Namun hal ini akan berresiko pada kemungkinan terjadinya  pencurian bubu oleh  orang orang yang tidak bertanggung jawab.  Pemasangan pelampung sebagai tanda sebenarnya dapat dihindari, yaitu dengan memanfaatkan Global Positioning Sistem (GPS). Dengan memanfaatkan GPS rangkaian bubu yang sudah disetting tinggal dimasukkan data posisi koordinatnya di dalam GPS dan disimpan didalam memorinya. Jika hal ini bisa dilakukan tentunya akan jauh lebih aman bubu kita dari pencurian.


3. PELAKSANAAN DAN HASIL KAJI TERAP 
3.1. Pelaksanakan
Pelaksanaan Kaji Terap dilakukan di BPPP Banuwangi dari tanggal 12 sd 24 Juni 2014 , dilakukan oleh Tim Fungsional Widyaiswara dan Instruktur Bidang Penangkapan Ikan BPPP Banyuwangi, dengan uraian kegiatan sebagai berikut :
3.1.1 Pembuatan Desain  Bubu Lipat.
Sebelum bubu lipat dibuat, terlebih dahulu dibuat Desain dari bubu lipat, guna untuk mengetahui secara pasti bentuk dan ukuran, serta detail dari bagian bagian yang krusial. Desain bubu lipat secara lengkap dapat dilihat seperti gambar di bawah ini :
Desain rangka bubu lipat
Gambar 2 : Desain  Rangka Bubu Lipat


Keterangan :
-   Warna merah dimensi panjang dan lebar dari bubu lipat
-   Warna biru dimensi tinggi
-   Warna hijau merupakan diagonal.
-   ½ lingkaran warna merah dimensi engsel
Bentuk dan ukuran bubu dibuat denga rasio  panjang : lebar : tinggi = 8 : 6 : 4. Dalam kaji terap ini dibuat berbagai ukuran, dengan rasio tetap, sehingga diperoleh ukuran bubu yang bervariasi, dari yang terbesar berurutan sebagai berikut::
No
Panjang (cm)
Lebar (cm)
Tinggi (cm)
Diagonal (cm)
1
80
60
40
56.6
2
64
48
32
45.3
3
60
45
30
42.4
4
56
42
28
39.6





Untuk mendapatkan desain yang sempurna, sehingga diperoleh bentuk akhir yang sempurna dari setiap bubu lipat yang dibuat, ukuran setiap rangka dibuat secara  tepat. Panjang diagonal ditetapkan dengan theorema phytagoras, yaitu dengan formulasi a2 + b2 = c, karena pada dasarnya panjang diagonal dari bubu lipat merupakan sebuah sisi miring dari sebuag segi tiga siku-siku seperti pada gambar dibawah ini :

Diagonal pada bubu lipat
Gambar 3 : Cara menentukan Diagonal pada bubu lipat.


Agar bubu bisa dilipat maka setiap  bagian ujung rangka pembentuk balok (jaring-jaring balok) pada setiap ujungnya harus dibentuk lingkaran (ring) yang nantinya kan disatukan menyerupai engsel. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat seperti gambar berikut :
Konstruksi engsel bubu lipat
Gambar 4 :Engsel pada Bubu Lipat
Desain webbing penutup rangka.
Selanjutnya rangka diseliputi dengan webbing dengan bahan dari PE dengan nomor benar D 18 dan mesh size 2 inchi warna hijau tua. Bentuk webbing untuk menyelimuti rangaka (untuk bubu kepiting dan Rajungan) adalah sebagai berikut :

 
       Keterangan :
A. Sisi Bawah Dan Atas
B.  Sisi Samping
C. Pintu
Gambar 5: Bentuk webbing.
Desain Pintu.
Bentuk pintu pada bubu lipat ditentukan sesuai dengan sasaran tangkap. Jika sasaran tangkap adalah ikan  maka bentuk pintu bubu lipat empt persegi panjang dengan arah horizontal dan jika sasaran tangkap adalah ikan, maka bentuknya bulat silinder dengan sisi luar memiliki diameter lebih besar dibandingkan sisii dalam.
Untuk membentuk silinder tirus pada bagian luar dan dalam (pada sasaran tangkap ikan) dibentuk corong/silinder dengan bantuan bingkai dari kawat .

Gambar 6 :  Bentuk Pintu/corong (funnel)
Rasio luas pintu/funnel bagian luar dengan bagian dalan adalah 2 : 5, sedangkan rasio antara luas pintu bagian luar dengan lebar satu sisi balok bubu lipat = diameter lingkaran : lebar segi empat sisi balok bubu lipat = 1 : 2.
Panjang pintu /corong (funnel).
Panjang funnel dibuat dengan ukuran tidak melebihi seper empat (1/4) dari panjang total bubu lipat.

Gambar 7: Dimensi pintu pada bubu lipat

           3.1.2. Bahan  dan Alat
Bahan- bahan yang digunakan dalam kaji terap sebagai berikut:
No
Nama Material
Spesifikasi
Keterangan
1
Besi cor/ kawat aluminium
Ø 6 sd 8 mm
Untuk rangka
2
Besi cor/ kawat aluminium
Ø 2 sd 3 mm
Untuk tempat umpan, ring funnel dan pengunci
3
Webbing BE
D.18 , # 1 sd 1.5 inchi, warna gelap

4
Benang PE
D. 18

5
Pelampung
Syntetic rubber, Y2 atau Y2.5

6
Pemberat Timah
10 – 20 gram


Peralatan yang digunakan untuk kaji terap yaitu seperti berikut ini :
- Fleser (penekuk besi)
- Gunting
- Penggaris
- Coban
- Balok kayu
- Paku
- Gergaji Besi
- Tang

        3.1.3. Pembuatan Rangka Bubu Lipat.
Langkah yang sangat menentukan dimensi akhir dari pembuatan bubu lipat yaitu pembuatan/pembentukan ranka. Ada  beberapa rangka pembentuk bubu lipat diantaranya adalah rangka pembentuk dimensi panjang dan lebar. Rangka ini dibuat  seperti  gambar berikut :
Terbuat dari besi beton diameter 6 mm, pembentukan dimensi panjang dan lebar , pada setiap tekukan sudut dibuat siku-siku (900). Pada sudut pertama dibentuk, dibuat ring yang nantinya akandikaitkan dengan ujung terakhir dari besi yang dibentuk untuk dimensi panjang dan lebar bubu lipat. Pada bagian tengan dari arah memanjang pada kiri dan kanan dibuat bentuk setengan lingkaran seperti tampak pada gamabar 12 di atas.
Rangka pembentuk dimensi tinggi.
Rangka dimensi pembentuk tinggi bubu lipat  berjumlah empat buah dan pada masing masing ujungnya dibentuk lingkaran yang nantinya dikaitkan pada bentuk ½ lingkaran yang ada di  tengah tengah kedua sisi pada dimensi rangka pembentuk panjang bubu lipat. Untuk lebih jelasnya lihat seperti gambar   gambar berikut :

Dua rangka pembentuk dimensi tinggi yang lain memiliki panjang yang berbeda yaitu panjang sisi miring dari sebuah diagonal dari setengah panjang total dari bubu lipat. Dan bentuknya sebagaiberikut :
Merakit rangka dengan webbing
Dari komponen komponen tersebut selanjutnya dirangkai menjadi satu kesatuan seperti gambar berikut.

 Rangkaian komponen bubu lipat sampai dengan profiling
Gambar  8: Rangkaian komponen bubu lipat sampai dengan profiling
Selanjutnya, setelah di rangkai dilakukan profiling, dengan tujuan agar mendapatkan gambaran awal, sebelum rangka diselimuti webbing jaring.

Gambar 9 : Pembalutan  Rangka dengan webbing
Proses Finishing , dengan pemasangan pelampung dan pemberat pada ke delapan sudut bubu dan pemasangan tali temali.



4. HASIL DAN MANFAAT KAJI TERAP

4.1. Hasil Kaji Terap :
- Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bagi pengkaji terap dibidang pembuatan bubu lipat dengan berbagai ukuran.
- Mengasilkan Alat penangkapan ikan berupa bubu lipat dengan empat macam ukuran.

4.2. Manfaat yang diperoleh dari kaji terap :
Bagi Pengkaji :
- Meningkatkan pengatahuan dan keterampilan serta kreatifitas dan inovasi pengkaji dalam hal pembuatan bubu lipat.
Bagi Balai:
-     Bertamahnya tenaga fungsional widyaiswara dan instruktur Balai yang terampil di bidang pembuatan bubu lipat
-     Bertambahnya jenis alat penangkap ikan  berupa bubu lipat sebagai inventaris Balai.
-     Membantu meningkatkan efisiensi usaha penangkapan ikan bagi nelayan pengguna  alat tangkap bubu.

DAFTRA PUSTAKA
Iskandar, M.D and Lastari, L. 2007. Effect of Escape Gap on Catch of Swimming Crab. Proceeding on The 2nd International Symposium on Food Security, Agricultural Development and EnviromentalConservation In Southeast and East Asia. Bogor.
Muldiani, D. 2007. Analisis Hasil Tangkapan Rajungan pada Bubu Lipat dengan Konstruksi yang Berbeda di Perairan Kronjo, Kabupaten Tangerang.: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan.Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Nurhakim, M.A. 2000. Analisis hasil tangkapan jaring kejer pada kedalaman pemasangan jaring yang berbeda di Gebang Mekar, Cirebon. Skripsi. (tidak dipublikasikan). jurusan Pemanfaatan SumberdayaPerikanan, Fakultas Perikanan Institut Pertanian Bogor.71 hal.
R.J Slack Smith, 2001. Fishing With Traps and Pots Food and Agriculture Organistion of The United Nation Rome .
Soim. 1994. Pembesaran Kepiting. Jakarta. Penebar Swadaya. 21 hal.
Siahainenia, L. 2008. Bioekologi Kepiting Bakau (Scylla spp.) di Ekosistem Mangrove Kabupaten Subang Jawa Barat. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Karakteristik Biologi Ikan Tuna

LAMPU DALAM AIR